Untuk Apa Anda Mengucap Syukur?
Untuk apa anda mengucap syukur?
Apa yang mendorong anda mengucap syukur?
Mengapa anda mengucap syukur?
Dalam kondisi dan situasi apa anda mengucap
syukur?
Kepada siapa anda mengucap syukur?
Dengan cara apa anda mengucap syukur?
Apa yang anda lakukan sebagai wujud anda telah
mengucap syukur?
Pertanyaan yang
sederhana tapi saya yakin ini akan membutuhkan waktu yang panjang untuk
menjawabnya. Kenapa begitu sulit? Kita seringkali mengucap syukur karena kita
terhindar dari kecelakaan di jalan raya. Kita juga mengucap syukur karena kita
bisa melewati jalan sepi yang padahal orang ceritakan sangat berbahaya jika
dilewati. Kita juga bersyukur dan ingat Tuhan ketika orang yang kita cintai
akhirnya sembuh dan bebas dari perawatan di rumah sakit setelah sekian lama
dinyatakan koma. Atau kita mengucap syukur jika saat kuliah nilai ujian
dinyatakan sempurna, mendapat hadiah yang tak terduga sebelumnya.
Itulah sebagian
kecil contoh bahwa kita menganggap hal
kecil dan sepele tidak perlu disyukuri. Hanya hal luar biasa dan besar yang
membuat kira ingat Tuhan lalu mengucap syukur. Itupun kalau diucapkan dengan
tulus. Bagaimana jika hanya sesaat saja karena merasa tidak ada waktu untuk
Tuhan.
Ada berapa
banyak dari kita yang bersyukur karena hari ini masih bisa bangun dan
beristirahat dengan santai di dalam kamar, tidur di atas kasur mahal dengan pendingin?
Kita mengharapkan hal-hal luar biasa terjadi dalam hidup kita, lalu kita
mengucap syukur. Kita tidak lagi mengucap syukur atas hal-hal kecil yang kita
rasakan sehari-hari. Padahal nafas, rasa prihatin, rasa empati, saat kita
memiliki kesempatan untuk mengingat Tuhan dan berdoa adalah saat yang sangat
perlu disyukuri. Bagaimana orang-orang yang ditindas karena dilarang untuk
beribadah. Berkumpul saja terasa sulit, Alkitab tidak diijinkan digunakan
bahkan berdoa saja diikuti dengan perasaan takut. Kita bisa bersyukur atas
segala hal yang kita sadari. Kita tidak perlu menunggu hal luar biasa dan tak
terkira untuk mengucap syukur.
Sebagaimana cerita
10 orang kusta yang meminta kesembuhan kepada Yesus. Memang tidak secara
eksplisit kalimat,” kamu sudah sembuh” terucap. Yesus memerintah mereka untuk
pergi ke suatu tempat dan mereka menjadi pulih di tengah perjalanan mereka. Ada
berapa orang yang berbalik dan tersungkur serta mengucap syukur? Hanya satu
orang. Ya hanya SATU orang saja yang kembali dan mengucapkan syukur serta
memuliakan Tuhan. Sembilan orang yang lainnya pergi dan melupakan apa yang
telah Tuhan Yesus berikan bagi mereka.
Ingin menjadi
kelompok Sembilan orang yang pergi begitu saja setelah sembuh dan melupakan
Tuhan, atau kita adalah Satu orang yang kembali itu? Kita menyadari bahwa kita
membutuhkan pertolongan Tuhan, lalu kita mengucap syukur kepada Tuhan atas apa
yang telah Tuhan kerjakan bagi hidup kita. Tuhan telah mengerjakan banyak hal
bagi kita. Besar ataupun kecil yang Tuhan kerjakan bagi kita, itu adalah apa
yang kita rasakan. Semua yang Tuhan kerjakan bagi kita adalah hal terbesar
karena dia mengasihi kita. Tuhan mau melakukan sesuatu bagi hidup kita adalah
anugerah yang harus kita syukuri. Bukan karena kita kuat, bukan juga karena
kita pintar. Memiliki teman yang banyak, bisnis yang mendatangkan keuntungan
besar membuat kita merasa tidak membutuhkan Tuhan dalam hidup kita. Ingatlah
bahwa semua yang kita miliki di dunia ini kita terima sebagai pemberian dari
Tuhan untuk kita miliki.
Tidak layak
bagi kita melupakan hal yang kita miliki dalam diri kita dan tidak
mensyukurinya. Sungguh tidak bijak pula jika kita mengabaikan apa yang kita
dapatkan setiap hari dan hanya mensyukuri kejadian besar yang tidak terduga. Kita
memiliki kesempatan besar dan tidak terhalangi untuk menyampaikan ucapan syukur
kita. Mengapa kita menahan diri dan tetap mengandalkan diri kita, mengandalkan
kemampuan kita sendiri?
Kini saatnya
kita mengucap syukur kepada Tuhan. Besar kecil yang kita rasakan dalam hidup
kita patut kita syukuri. Hal yang dirasakan setiap hari ataupun sebuah kejutan
tak terduga patut kita syukuri dengan tersungkur di hadapan Tuhan.
Bersyukur atas hal2 yg menyenangkan mudah, tp bagaimana kalo kita sedang dlm kesesakan, masihkah bersyukur? Itu tantangan yg sangat besar.
BalasHapus