Bekerja Itu Memberi


Kita harus segera mengubah pikiran kita saat memasuki dunia kerja. Ada trend khusus yang terjadi sepanjang hidup kita. Kita mengikuti pendidikan kita dari TK sampai dengan lulus kuliah dengan harapan mendapatkan pekerjaan. Harapannya dengan mendapatkan pekerjaan, kita mendapatkan upah dan gaji yang layak sehingga dipandang sebagai orang berhasil oleh teman, keluarga ataupun tetangga.
Berlawanan dengan itu, beberapa kampus yang sudah ternama membuat pernyataan berbeda yang jiak ditelaah lebih dalam bias mengubah pola piker kita semua. Entah berasal dari dosen atau mahasiswa yang bersikap idealis pernyataan seperti ini.
Jika anda sebagai lulusan Sarjana tidak bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat, maka ke-sarjanaan anda adalah kesia-siaan.”
Apa yang terjadi dengan mahasiswa zaman ini tentu berbeda dengan pernyataan di atas. Lulus dari kuliah semua mencari pekerjaan. Mencari pekerjaan dengan tujuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Mendapatkan gaji sesuai harapan, mendapatkan ilmu yang diharapkan, mendapatkan relasi dan teman yang disenangi dan atasan yang mendukung. Semua terasa sempurna saat mendapatkan semua itu. Namun, apakah sudah terjawab sebuah pertanyaan setelah anda mendapatkan semua yang kita harapkan?
Apakah kita sudah memberikan kontribusi yang tepat? Sudahkah kita memberikan / mengorbankan ilmu dan pengetahuan kita untuk kemajuan pekerjaan dalam lingkup spesifik?
Hanya kita yang mengetahui jawabannya. Saya rasa saat kita berpikir saat memasuki dunia kerja kita memberikan kontribusi berdasarkan pengetahuan dan kemampuan kita, kita tidak lagi berpikir hanya pada apa yang kita akan dapatkan dengan usaha dan kerja keras kita. Apakah mereka mau berpikir bekerja adalah memberikan, bukan berharap mendapatkan?
Jika saja cara pandang seperti ini dimiliki dan dipegang teguh oleh generasi muda kita, pasti kita akan memiliki generasi yang luar biasa. Memiliki keseriusan dalam bekerja, loyalitas tanpa batas, sikap rela dan pejuang tangguh demi “kontribusi” bagi masyarakat dan tempat mereka bekerja.
Dengan cara berpikir seperti itu dimiliki oleh generasi saat ini, gaya kerja “katak” pasti akan berkurang. Gaya kerja “katak” yang berhenti sejenak lalu melompat dan begitu seterusnya akan menghilang. Bekerja bukan lagi karena ingin mendapatkan apa yang diharapkan, tetapi memberikan kontribusi sekuat tenaga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan, Adam, Hawa, Ular. Empat Pribadi yang Saling Berhubungan

Tiga Hari di Jatiluhur Bersama Outward Bound Indonesia (1)

Untuk Apa Anda Mengucap Syukur?