Menjadi Yang Terbaik


Selama ini tidak ada pikiran untuk menjadi yang terbaik. Yang ada dalam pikiranku hanyalah melakukan apapun yang aku kerjakan dengan sebaik mungkin. Menjadi yang terbaik atau bukan itu tergantung seberapa besar dan seberapa berkualitas hasil yang saya capai. Namun, akhir-akhir ini saya mulai berpikir ulang tentang pernyataan bahwa tidak perlu mengejar posisi terbaik, hanya kerjakan saja bagianmu dengan sebaik mungkin. Ini sungguh tidak benar. Jika saya berpikir bahwa tidak perlu menjadi yang terbaik dan hanya mengerjakan pekerjaan semampuku, itu berarti aku membatasi diriku sendiri dan membuat logika kebenaran sementara bahwa aku sudah memberikan usaha terbaik. Tapi aku salah, hasil bahwa aku telah mengerjakan pekerjaanku dengan sangat baik adalah hasil yang saya peroleh.

Jika ada penilaian dari setiap usaha, seperti yang kita kenal yaitu 100 adalah angka sempurna untuk sebuah penilaian. Apakah berarti aku telah mengerjakan bagianku dengan semaksimal mungkin jika ternyata hasil yang aku peroleh hanya 70 atau 99? Aku telah membuat rasionalisasi bahwa aku tidak perlu melakukan perjuangan keras untuk menghasilkan posisi terbaik. Pernyataan tidak perlu menjadi orang nomor satu dan terbaik di antara yang lain adalah bentuk toleransi kepada diriku sendiri untuk menerima apa yang aku anggap sudah maksimal. Padahal semua yang aku lakukan belum maksimal.

Sekarang aku berpikir ulang bahwa tidak ada yang salah untuk menjadi yang terbaik dan nomor satu dalam segala hal. Itu adalah wujud bahwa aku menginginkan hasil yang luar biasa. Menjadi yang terbaik bukan masalah urutan, tapi menjadi yang terbaik adalah sebuah kesempurnan hasil yang dicapai. Untuk menjadi yang terbaik berarti harus menciptakan kesempurnaan hasil. Perjuangan dan kerja keras pun mutlak. Bekerja keras lebih dari yang lain, bekerja dengan cerdas lebih dari orang lain, berusaha lebih kreatif daripada orang lain. Kemudian memberikan hasil kerja yang lebih memukau daripada yang lainnya. Itu baru menjadi yang terbaik dalam kesempurnaan.

Menjadi yang terbaik itu harus. Jika aku belum menjadi yang terbaik, berarti aku belum maksimal dalam berusaha. Aku pasti belum berjuang lebih keras untuk hasil yang aku peroleh. Sekarang saatnya untuk mengejar posisi terbaik itu. Menjadi yang terbaik dengan bukti kesempurnaan hasil. 

Kalau belum dapat hasil maksimal, berarti usaha yang dilakukan belum maksimal. Tidak perlu menilai siapa penilainya. Inovasi selalu dan perbaharui selalu sehingga dapat hasil terbaik. Sekarang sudah saatnya mengejar hasil sempurna, bukan hanya merasionalisasikan bahwa usahaku sudah maksimal dengan hasil yang belum sempurna. Tidak ada yang peduli seberapa keras usahamu bekerja, orang akan menilaimu dari hasil yang kamu tunjukkan. Tidak ada yang peduli seberapa banyak kamu mengulang dan memperbaiki pekerjaanmu, mereka akan menilai hanya seberapa berkualitas hasil karyamu. Berkonsentrasilah pada hasil, bukan pada kesibukan. Konsentrasilah pada posisi terbaik dengan hasil yang sempurna.

Kadang berpikir, bagaimana bisa menjadi yang terbaik kalau mengerjakan sesuatu dengan tenang dan seolah-olah tidak ada yang akan mengambil posisimu. Menjadi yang terbaik berarti sebuah kompetisi. Sebuah kompetisi itu berarti tidak sendirian. Ada banyak orang yang juga berjuang mendapatkan apa yang kamu rasakan saat ini. Menjadi yang terbaik berarti mendapatkan posisi kesempurnaan itu dan terus mempertahankannya secara konsisten seiring perubahan waktu. Semakin beratnya tanggung jawab dan permasalahan yang dihadapi itu adalah resiko. Yang penting siap dan mau menghadapinya dengan pikiran terbuka dan menyelesaikannya dengan solusi yang berkualitas.

Sudah saatnya menjadi yang terbaik, mengejar yang terbaik dan mempertahankan kesempurnaan dengan hasil yang tak terbantahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan, Adam, Hawa, Ular. Empat Pribadi yang Saling Berhubungan

Tiga Hari di Jatiluhur Bersama Outward Bound Indonesia (1)

Untuk Apa Anda Mengucap Syukur?